Selasa, 29 November 2011

Sekilas Tentang Andalusia Islam

Daulah Umayyah di Damaskus di dirikan oleh Muawiyyah ibn Abi Sofyan. Abu Sofyan memindahkan pusat pemerintahan Islam dari Madinah ke Damaskus, serta melanjutkan ekspansi ke wilayah Afrika Utara yang menjadi basis kekuasaan kerajaan Romawi yaitu kerajaan Gothik. Setelah daerah ini benar-benar dikuasai,   maka ekspansi dilanjutkan ke Eropa.
Ekspansi ke eropa dilakukan pada saat pemerintahan daulah Umayyah di pegang oleh Khalifah Al-Walid, ekspansi di Thariq ibn Ziyad, Tharif ibn Malik dan Musa ibn Nusair.Ekspansi ini berhasil menduduki kota-kota penting di Andalusia seprti Seville, Saragosa, mallaga dan Cordoba. Bahkan pada saat kepemimpinan Khalifah Umar ibn Abdul Azis ekspansi diteruskan sampai ke wilayah pegunungan Pyrenia dan Prancis selatan. Pada tahun 132 H/750 M daualat umayyah runtuh dan digantikan oleh daulah Abasyah di Bagdad, secara adminitrasi daulat Islam di Andalusia dibawah kekuasaan daulah Abasyah.
Setelah Andalusia benar-benar dikuasai, kegiatan-kegiatan pembangunan mulai dilaksanakan. Pada masa pemerintahan Abd Al-Rahman Al-Dakhil mendirikan sekolah-sekolah di kota-kota besar di Andalusia. Periode Abd Al-Rahman Al-Ausath yang dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu, filsafat berkembang dengan pesat. Gerakan penerjemahan filsafat peninggalan Yunani dilakukan secara besar-besaran, banyak buku-buku di impor dari daulah abasyah di Bagdad untuk menambah koleksi perpustakaan di Andalusia.
Di universitas-universitas yang ada di Andalusia itu, banyak pelajar-pelajar dari berbagai wilayah bertemu untuk menuntut ilmu, termasuk orang-orang Eropa. Kondisi Eropa yang sedang dalam masa kegelapan memaksa orang-orang Eropa untuk belajar di universitas-universitas Islam. Para pelajar Eropa ini yang nantinya mengembangkan ilmu pengetahuan yang di dapat dari belajar di universitas Islam dan mendirikan universitas-universitas di Eropa. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan di Eropa maka secara lambat laun menyadarkan bangsa Eropa atas ketertinggalannya dengan orang Islam, sejak itu orang-orang Eropa mulai bangkit, maka lahirlah masa kebangkitan yang sering disebut dengan renaissance.

Rabu, 16 November 2011

Sejarah Nusantara pada era kerajaan Islam


Kerajaan Islam di Indonesia diperkirakan kejayaannya berlangsung antara abad ke-13 sampai dengan abad ke-16. Timbulnya kerajaan-kerajaan tersebut didorong oleh maraknya lalu lintas perdagangan laut dengan pedagang-pedagang Islam dari ArabIndiaPersiaTiongkok, dll. Kerajaan tersebut dapat dibagi menjadi berdasarkan wilayah pusat pemerintahannya, yaitu di SumateraJawa,Maluku, dan Sulawesi.

Kerajaan Islam di Sumatera

Periode tahun tepatnya kerajaan-kerajaan Islam di Sumatera masih simpang siur dan memerlukan rujukan lebih lanjut.

Kerajaan Islam di Sulawesi


Kamis, 15 September 2011

Kerajaan Kutai


Kutai Martadipura adalah kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki bukti sejarah tertua. Berdiri sekitar abad ke-4. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam. Nama Kutai diberikan oleh para ahli mengambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang menunjukkan eksistensi kerajaan tersebut. Tidak ada prasasti yang secara jelas menyebutkan nama kerajaan ini dan memang sangat sedikit informasi yang dapat diperoleh.
Prasasti Kerajaan Kutai
Informasi yang ada diperoleh dari Yupa / prasasti dalam upacara pengorbanan yang berasal dari abad ke-4. Ada tujuh buah yupa yang menjadi sumber utama bagi para ahli dalam menginterpretasikan sejarah Kerajaan Kutai. Yupa adalah tugu batu yang berfungsi sebagai tiang untuk menambat hewan yang akan dikorbankan. Dari salah satu yupa tersebut diketahui bahwa raja yang memerintah kerajaan Kutai saat itu adalah Mulawarman. Namanya dicatat dalam yupa karena kedermawanannya menyedekahkan 20.000 ekor sapi kepada kaum brahmana.


Mulawarman

Mulawarman adalah anak Aswawarman dan cucu Kundungga. Nama Mulawarman dan Aswawarman sangat kental dengan pengaruh bahasa Sanskerta bila dilihat dari cara penulisannya. Kundungga adalah pembesar dari Kerajaan Campa (Kamboja) yang datang ke Indonesia. Kundungga sendiri diduga belum menganut agama Budha.

Aswawarman

Aswawarman mungkin adalah raja pertama Kerajaan Kutai yang bercorak Hindu. Ia juga diketahui sebagai pendiri dinasti Kerajaan Kutai sehingga diberi gelar Wangsakerta, yang artinya pembentuk keluarga. Aswawarman memiliki 3 orang putera, dan salah satunya adalah Mulawarman.
Putra Aswawarman adalah Mulawarman. Dari yupa diketahui bahwa pada masa pemerintahan Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah kekuasaannya meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kutai hidup sejahtera dan makmur.
Kerajaan Kutai seakan-akan tak tampak lagi oleh dunia luar karena kurangnya komunikasi dengan pihak asing, hingga sangat sedikit yang mendengar namanya.
Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Perlu diingat bahwa Kutai ini (Kutai Martadipura) berbeda dengan Kerajaan Kutai Kartanegara yang ibukotanya pertama kali berada di Kutai Lama (Tanjung Kute). Kutai Kartanegara inilah, di tahun 1365, yang disebutkan dalam sastra Jawa Negarakertagama. Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan Islam yang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.

Nama-Nama Raja Kutai

Peta Kecamatan Muara Kaman
  1. Maharaja Kundungga, gelar anumerta Dewawarman
  2. Maharaja Asmawarman (anak Kundungga)
  3. Maharaja Mulawarman
  4. Maharaja Marawijaya Warman
  5. Maharaja Gajayana Warman
  6. Maharaja Tungga Warman
  7. Maharaja Jayanaga Warman
  8. Maharaja Nalasinga Warman
  9. Maharaja Nala Parana Tungga
  10. Maharaja Gadingga Warman Dewa
  11. Maharaja Indra Warman Dewa
  12. Maharaja Sangga Warman Dewa
  13. Maharaja Candrawarman
  14. Maharaja Sri Langka Dewa
  15. Maharaja Guna Parana Dewa
  16. Maharaja Wijaya Warman
  17. Maharaja Sri Aji Dewa
  18. Maharaja Mulia Putera
  19. Maharaja Nala Pandita
  20. Maharaja Indra Paruta Dewa
  21. Maharaja Dharma Setia
Nama Maharaja Kundungga oleh para ahli sejarah ditafsirkan sebagai nama asli orang Indonesia yang belum terpengaruh dengan nama budaya India.Sementara putranya yang bernama Asmawarman diduga telah terpengaruh budaya Hindu.Hal ini di dasarkan pada kenyataan bahwa kata Warman berasal dari bahasa Sangsekerta.Kata itu biasanya digunakan untuk ahkiran nama-nama masyarakat atau penduduk India bagian Selatan.